Resume Psikologi pendidikan
By Marwa Fitriyah - 17.44
STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI
AKTIVITAS SISWA
Strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan guru
dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien
(Kemp, 1995). Dick and Carey (19850) juga menyebutkan bahwa strategi
pembelajaran itu adalah sesuatu set materi dan prosedur pembelajaran yang
digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Strategi
pembelajaran berbeda dengan desain instruksional karena strategi pembelajaran
berkenaan dengan kemungkinan variasi pola dalam arti macam dan urutan umum perbuatan
belajar-mengajar yang secara prinsip berbeda antara yang satu dengan yang lain,
sedangkan desain instruksional menunjuk kepada cara-cara merencanakan sesuatu
sistem lingkungan belajar tertentu, setelah ditetapkan untuk menggunakan satu
atau lebih strategi pembelajaran tertentu. Kalau disejajarkan dengan pembuatan
rumah, pembicaraan tentang (bermacam-macam) strategi pembelajaran adalah ibarat
melacak pelbagai kemungkinan macam rumah yang akan dibangun (joglo, rumah
gadang, villa, bale gede, rumah gedung modern, dan sebagainya yang
masing-masing menampilkan kesan dan pesan unik), sedangkan desain
instruksional adalah penetapan cetak biru rumah yang akan dibangun itu serta
bahan-bahan yang diperlukan dan urutan langkah-langkah konstruksinya maupun
kriteria penyelesaian dari tahap ke tahap sampai dengan penyelesaian akhir.
A. Pengertian Strategi, Metode ,
dan Pendekatan Pembelajaran
Strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan guru
dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien
(Kemp, 1995). Dick and Carey (19850) juga menyebutkan bahwa strategi
pembelajaran itu adalah sesuatu set materi dan prosedur pembelajaran yang
digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Metode adalah
suatu upaya mengimplementasi rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah disusun.
B. Jenis-jenis Strategi
Pembelajaran
Rowntree
(1974) mengelompokan strategi pembelajaran ke dalam strategi
penyampaian-penemuan atau exposition-discovery learning, strategi, dan strategi
pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaaran individual atau
groups-individual learning.
Dalam strategi
exposition, bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa
dituntut untuk menguasainya dan tidak dituntut untuk mengolahnnya. Dengan
demikian, dalam strategi ini guru berperan sebagai pemberi informasi. Berbeda
dengan strategi discovery. Dalam strategi ini, bahan pelajaraan dicari dan
ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai akrtivitas, sehingga tugas guru
lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya.
C. Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
(PBAS)
1. Konsep dan Tujuan
PBAS dapat
dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada
aktiivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan
antara aspek kognotif, afektif, dan psikomotor secara berkembang. Dari konsep
diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tujuan dari PBAS adalah untuk
membantu peserta didik agar bisa belajar mandiri dan kreatif, sehingga ia dapat
memmperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat menunjang
terbentuknya kepribadian yang mandiri. Jika dihubungkan dengan tujuan
pendidikan nasional maka PBAS adalah pendekatan yang paling sesuai untuk
dikembangkan.
2. Peran Guru Dalam Impementasi
PBAS
Dalam
implementasi PBAS, guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang
bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa, tetapi yang lebih penting
adalah bagaimana memfasilitasi siswa agar belajar. Oleh karena itu, penerapan
PBAS menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan
kegiatan mengajaranya dengan gaya dan karakteristik belajar siswa.
Hubungan Psikologi dan Pendidikan
Psikologi sebagai
cabang ilmu pengetahuan adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam
berinteraksi dengan lingkungan untuk mencapai tujuan. Tingkah laku dalam
pengertian ini, adalah tingkah laku yang mempunyai tujuan. Psikologi
menjelaskan berbagai aspek perkembangan individu, melakukan analisis dan
menjelaskan berbagai gejala-gejala jiwa manusia. Sedangkan pendidikan
mengembangkan berbagai potensi, yang secara luas melibatkan aspek fisik dan
psikis pada manusia. Ini menunjukkan bahwa psikologi dan pendidikan merupakan
satu hubungan yang sangat penting dalam konteks pertumbuhan dan perkembangan
manusia. Hubungan antara psikologi dan pendidikan kemudian melahirkan cabang
ilmu baru yang dikenal dengan psikologi pendidikan.
Oleh karena itu, psikologi pendidikan kemudian memfokuskan diri dalam mengamati berbagai tingkah laku yang terkait dengan mendidik, belajar dan mengajar. George J Mouly, mengemukakan:
To the extent that psychology is the science most directly concerned with the study of behavior, it must necessarily supply the major part of the scientific of foundation of educational practice. In fact, psychology can contribute to every aspect of educational practice through the clarification of the nature learner, of the larning process, and of the role of the teacher.
Oleh karena itu, psikologi pendidikan kemudian memfokuskan diri dalam mengamati berbagai tingkah laku yang terkait dengan mendidik, belajar dan mengajar. George J Mouly, mengemukakan:
To the extent that psychology is the science most directly concerned with the study of behavior, it must necessarily supply the major part of the scientific of foundation of educational practice. In fact, psychology can contribute to every aspect of educational practice through the clarification of the nature learner, of the larning process, and of the role of the teacher.
Pendapat Mouly di
atas menjelaskan bahwa psikologi sangat membantu di dalam memahami struktur dan
berbagai aspek psikologi dari para peserta didik sehingga proses pendidikan
dapat dilaksanakan secara efektif. Pandangan ini menegaskan arti penting
psikologi dalam dunia pendidikan.
Dewasa ini, psikologi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang vital dalam praktek pendidikan, mulai dari interaksi guru dan murid, pemilihan bahan dan metode mengajar yang tepat, memacu perkembangan fisik dan mental anak untuk mencapai tujuan pembelajaran dan lain-lain.
Dewasa ini, psikologi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang vital dalam praktek pendidikan, mulai dari interaksi guru dan murid, pemilihan bahan dan metode mengajar yang tepat, memacu perkembangan fisik dan mental anak untuk mencapai tujuan pembelajaran dan lain-lain.
A. Hubungan Proses Belajar dengan
perkembangan Individu Yang Sedang Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan
semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar”
merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga
pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan
keinginan. Entah malam hari, siang hari, sore hari atau pagi hari.
Namun, dari semua itu tidak semua orang mengetahui
apakah itu belajar. Seandainya dipertanyakan apakah yang sedang dilakukan ?
tentu saja jawabnya adalah “belajar”. Itu saja tersimpan di dalam pengertian
dari kata “belajar” itulah yang perlu diketahui dan dihayati, sehingga tidak
melahirkan pemahaman yang keliru mengenai masalah belajar.
b. Hubungan Proses Belajar
Dalam belajar banyak sekali faktor yang
mempengaruhinya. Dalam sekian banyak hal mempengaruhi seseorang dalam belajar
menurut Wasty Soemanto (1998: 113), dapat dikatagorikan kepada tiga hal yatu:
1. Faktor-faktor daya serap
2. Faktor-faktor metode belajar
3. Faktor-faktor individual
B. Pertumbuhan Individu yang
Sedang Belajar
a. Pengertian
Pertumbuhan
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai
perubahan kuantitatif pada materil sesuat sebagai akibat dari ada pengaruh
lingkungan. Dalam pribadi manusia baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah,
terdadap dua bagian yang berbeda sebagai kondisi yang menjadikan pribadi
manusia berubah menuju ke arah kesempurnaan. Adapun dua bagian kondisional
pribadi manusia itu meliputi:
1. Bagian pribadi
materiil yang kuantitatif, dan
2. Bagian pribadi
fungsional yang kualitatif.
Kenyataan itulah yang melahirkan
perbedaan konsep antara pertumbuhan. Bagian pribadi materiil yang kuantitatif
mengalami pertumbuhan. Uraian ini kiranya cukup memberikan bayangan tentang
perbedaan pengertian antara pertumbuhan. Terlebih dahulu uraian berikut ini
adalah mengenai pertumbuhan pribadi manusia.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai
perubahan kuantitatif pada materiil sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh
lingkungan. Perubahan kuantitatif ini dapat berupa pembesaran atau pertambahan
dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar, dari sedikit menjadi
banyak, dari sempit menjadi luas, dan sebagainya. Ini tidak berarti, bahwa
pertumbuhan itu hanya berlaku pada hal-hal yang bersifat kuantitatif, karena
tidak selamanya materiil itu kuantitatif. Materil dapat terdiri dari
bahan-bahan kuantitatif, dapat pula materil terdiri dari bahan-bahan
kualitatif. Jadi, materiil itu dapat terdiri dari kualitas ataupun kuantitas.
Kenyataan inilah yang barangkali membuat orang mengalami kesulitan dalam
membedakan antara perumbuhan. Salah satu kelengahan orang adalah yang menyebut
pertumbuhan materiil kualitatif sebagai perkembangan.
Dari uraian di atas dapatlah kita
merumuskan arti pertumbuhan pribadi sebagai perubahan kuantitatif pada materiil
pribadi sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Begitu juga materiil
pribadi seperti: kesan keinginan, ide, pengetahuan, nilai, selama tidak
dihubungkan dengan fungsinya tidak dapat dikatakan berkembang, melainkan
bertumbuh. Pertumbuhan dinyatakan dalam bentuk pertumbuhan-pertumbuhan.
b. Pertumbuhan Individu
Pertumbuhan pada masing-masing
individu dalam segi proses terdapat hal umum yang sama, tetapi dalam hal-hal
yang khusus belum tentu sama. Berikut ini dikemukakan ilustrasi singkat tentang
pristiwa pertumbuhan genetis manusia.
c. Hukum-Hukum
Yang Mengatur Pertumbuhan
Pertumbuhan pribadi manusia secara
biologis telah dikemukakan secara singkat. Kita mengetahui bahwa masing-masing
individu adalah unik. Sebab-sebab keunikan ini telah dapat kita ketahui latar
belakang proses pertumbuhannya pada uraian terdahulu. Namun demikian,
hukum-hukum yang dikemukakan berikut ini kiranya menambah pengetahuan kita
tentang latar belakang keunikan pribadi manusia.
d. Aspek-Aspek Yang
Mempengaruhi Pertumbuhan
Perubahan yang menyangkut materiil
dan struktur fisiologis, sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek tertentu yang mana
aspek-aspek itu sendiri saling berhubungan.
Macam-macam teori belajar
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang
dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang
berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal
sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2. Teori Belajar kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang
pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah
berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para
peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,
menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan
pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi
diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori
kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga
peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan
pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap
belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep
sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari
lingkungan.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun,
dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu
upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan
berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia
harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa
dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat
keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam
mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya
dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif,
mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
Metode dibedakan dari pendekatan. Pendekatan
lebih menekankan pada strategi dalam perencanaan, sedangkan metode lebih
menekankan pada teknik pelaksanaannya. Satu pendekatan yang direncanakan untuk
satu pembelajaran mungkin dalam pelaksanaan proses tersebut digunakan beberapa metode.
Sebagai contoh dalam pembelajaran pencemaran lingkungan. Pendekatan yang
digunakan dalam pembelajaran tersebut dapat dipilih dari beberapa pendekatan
yang sesuai, antara lain pendekatan lingkungan. Ketika proses pembelajaran
pencemaran lingkungan dilaksanakan dengan pendekatan lingkungan tersebut dapat
digunakan beberapa metode, misalnya metode observasi, metode didkusi dan metode
ceramah. Supaya lebih jelas ikuti perencanaan yang dilakukan oleh seorang guru
ketika akan memberi pembelajaran pencemaran lingkungan tersebut. Pada awalnya
ia memilih pendekatan lingkungan, berarti ia akan menggunakan lingkungan
sebagai fokus pembelajaran. Pada akhir pembelajaran melalui konsep pencemaran
lingkungan siswa akan memahami tentang lingkungan sekitarnya apakah sudah
tercemar atau tidak. Untuk merealisasikan hal tersebut ia menggunakan metode
diskusi dan ceramah. Dalam pembelajarannya ia membuat suatu masalah untuk
didiskusikan oleh siswa kemudian ia akan mengakhiri pembelajaran tadi dengan
memberi informasi yang berkaitan dengan hasil diskusi. Berdasarkan hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa metode dan pendekatan dirancang untuk mencapai
keberhasilan suatu tujuan pembelajaran.
B. Beberapa Pendekatan Pada KBM
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran biologi antara lain sebagai berikut :
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran biologi antara lain sebagai berikut :
1. Pendekatan tujuan pembelajaran
Pendekatan ini berorientasi pada tujuan akhir yang akan dicapai. Sebenarnya pendekatan ini tercakup juga ketika seorang guru merencanakan pendekatan lainnya, karena suatu pendekatan itu dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semua pendekatan dirancang untuk keberhasilan suatu tujuan.
Sebagai contoh : Apabila dalam tujuan pembelajaran tertera bahwa siswa dapat mengelompokan makhluk hidup, maka guru harus merancang pembelajaran, yang pada akhir pembelajaran tersebut siswa sudah dapat mengelompokan makhluk hidup. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut dapat berupa metode tugas atau karyawisata.
Pendekatan ini berorientasi pada tujuan akhir yang akan dicapai. Sebenarnya pendekatan ini tercakup juga ketika seorang guru merencanakan pendekatan lainnya, karena suatu pendekatan itu dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semua pendekatan dirancang untuk keberhasilan suatu tujuan.
Sebagai contoh : Apabila dalam tujuan pembelajaran tertera bahwa siswa dapat mengelompokan makhluk hidup, maka guru harus merancang pembelajaran, yang pada akhir pembelajaran tersebut siswa sudah dapat mengelompokan makhluk hidup. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut dapat berupa metode tugas atau karyawisata.
2. Pendekatan konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep.
3. Pendekatan lingkungan
Penggunaan pendekatan lingkungan berarti mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar. Lingkungan digunakan sebagai sumber belajar. Untuk memahami materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari – hari sering digunakan pendekatan lingkungan.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep.
3. Pendekatan lingkungan
Penggunaan pendekatan lingkungan berarti mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar. Lingkungan digunakan sebagai sumber belajar. Untuk memahami materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari – hari sering digunakan pendekatan lingkungan.
4. Pendekatan inkuiri
Penggunaan pendekatan inkuiri berarti membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik yaitu dengan menggunakan teknik yang digunakan oleh para ahli peneliti ( Dettrick, G.W., 2001 ). Pendekatan inkuiri dibedakan menjadi inkuiri terpempin dan inkuiri bebas atau inkuiri terbuka. Perbedaan antara keduanya terletak pada siapa yang mengajukan pertanyaan dan apa tujuan dari kegiatannya.
Penggunaan pendekatan inkuiri berarti membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik yaitu dengan menggunakan teknik yang digunakan oleh para ahli peneliti ( Dettrick, G.W., 2001 ). Pendekatan inkuiri dibedakan menjadi inkuiri terpempin dan inkuiri bebas atau inkuiri terbuka. Perbedaan antara keduanya terletak pada siapa yang mengajukan pertanyaan dan apa tujuan dari kegiatannya.
5. Pendekatan penemuan
Penggunaan pendekatan penemuan berarti dalam kegiatan belajar mengajar siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri fakta dan konsep tentang fenomena ilmiah. Penemuan tidak terbatas pada menemukan sesuatu yang benar – benar baru. Pada umumnya materi yang akan dipelajari sudah ditentukan oleh guru, demikian pula situasi yang menunjang proses pemahaman tersebut. Siswa akan melakukan kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan hal yang akan ditemukan.
Penggunaan pendekatan penemuan berarti dalam kegiatan belajar mengajar siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri fakta dan konsep tentang fenomena ilmiah. Penemuan tidak terbatas pada menemukan sesuatu yang benar – benar baru. Pada umumnya materi yang akan dipelajari sudah ditentukan oleh guru, demikian pula situasi yang menunjang proses pemahaman tersebut. Siswa akan melakukan kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan hal yang akan ditemukan.
6. Pendekatan proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.
7. Pendekatan interaktif ( pendekatan pertanyaan anak )
Pendekatan ini memberi kesempata pada siswa uuntuk mengajukan pertanyaan untuk kemudian melakukan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan ( Faire & Cosgrove, 1988 dalam Herlen W, 1996 ). Pertanyaan yang diiajukn siswa sangat bervariasi sehingga guru perlu melakukan llangkah – langkah mengumpulkan, memilih, dan mengubah pertanyaan tersebut menjadi suatu kegiatan yng spesifik.
Pendekatan ini memberi kesempata pada siswa uuntuk mengajukan pertanyaan untuk kemudian melakukan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan ( Faire & Cosgrove, 1988 dalam Herlen W, 1996 ). Pertanyaan yang diiajukn siswa sangat bervariasi sehingga guru perlu melakukan llangkah – langkah mengumpulkan, memilih, dan mengubah pertanyaan tersebut menjadi suatu kegiatan yng spesifik.
8. Pendekatan pemecahan masalah
Pendekatan pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan. Dalam pendekatan ini ada dua versi. Versi pertama siswa dapat menerima saran tentang prosedur yang digunakan, cara mengumpulkan data, menyusun data, dan menyusun serangkaian pertanyaan yang mengarah ke pemecahan masalah. Versi kedua, hanya masalah yang dimunculkan, siswa yang merancang pemecahannya sendiri. Guru berperan hanya dalam menyediakan bahan dan membantu memberi petunjuk.
Pendekatan pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan. Dalam pendekatan ini ada dua versi. Versi pertama siswa dapat menerima saran tentang prosedur yang digunakan, cara mengumpulkan data, menyusun data, dan menyusun serangkaian pertanyaan yang mengarah ke pemecahan masalah. Versi kedua, hanya masalah yang dimunculkan, siswa yang merancang pemecahannya sendiri. Guru berperan hanya dalam menyediakan bahan dan membantu memberi petunjuk.
9. Pendekatan sains teknologi dan masyarakat ( STM )
Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA ) ( dalam Poedjiadi, 2000) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari – hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah – langkah ilmiah
Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA ) ( dalam Poedjiadi, 2000) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari – hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah – langkah ilmiah
10. Pendekatan terpadu
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang intinya memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pemaduan dilakukan dengan menekankan pada prinsip keterkaitan antar satu unsur dengan unsur lain, sehingga diharapkan terjadi peningkatan pemahaman yang lebih bermakna dan peningkatan wawasan karena satu pembelajaran melibatkan lebih dari satu cara pandang.
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang intinya memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pemaduan dilakukan dengan menekankan pada prinsip keterkaitan antar satu unsur dengan unsur lain, sehingga diharapkan terjadi peningkatan pemahaman yang lebih bermakna dan peningkatan wawasan karena satu pembelajaran melibatkan lebih dari satu cara pandang.
C. Beberapa Metode Pada KBM
Beberapa metode yang sering digunakan dalam pembelajaran biologi adalah :
Beberapa metode yang sering digunakan dalam pembelajaran biologi adalah :
1. Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Metode ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah terdapat unsur paksaan. Dalam hal ini siswa hanya diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru yang selalu dianggap benar itu. Padahal dalam diri siswa terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak disamping menerima informasi dari guru. Inilah yang disebut kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan diri.
Metode ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Metode ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah terdapat unsur paksaan. Dalam hal ini siswa hanya diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru yang selalu dianggap benar itu. Padahal dalam diri siswa terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak disamping menerima informasi dari guru. Inilah yang disebut kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan diri.
2. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Metode ini akan lebih efektif dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan dibahas.
Metode tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Metode ini akan lebih efektif dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan dibahas.
3. Metode diskusi
Metode diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah. Dalam diskusi terjadi tukar menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat. Dengan metode diskusi keberanian dan kreativitas siswa dalam mengemukakan gagasan menjadi terangsang, siswa terbiasa bertukar pikiran dengan teman, menghargai dan menerima pendapat orang lain, dan yang lebih penting melalui diskusi mereka akan belajar bertanggung jawab terhadap hasil pemikiran bersama.
Metode diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah. Dalam diskusi terjadi tukar menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat. Dengan metode diskusi keberanian dan kreativitas siswa dalam mengemukakan gagasan menjadi terangsang, siswa terbiasa bertukar pikiran dengan teman, menghargai dan menerima pendapat orang lain, dan yang lebih penting melalui diskusi mereka akan belajar bertanggung jawab terhadap hasil pemikiran bersama.
4. Metode belajar kooperatif
Dalam metode ini terjadi interaksi antar anggota kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Semua anggota harus turut terlibat karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu. Model belajar kooperatif yang sering diperbincangkan yaitu belajar kooperatif model jigsaw yakni tiap anggota kelompok mempelajari materi yang berbeda untuk disampaikan atau diajarkan pada teman sekelompoknya.
Dalam metode ini terjadi interaksi antar anggota kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Semua anggota harus turut terlibat karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu. Model belajar kooperatif yang sering diperbincangkan yaitu belajar kooperatif model jigsaw yakni tiap anggota kelompok mempelajari materi yang berbeda untuk disampaikan atau diajarkan pada teman sekelompoknya.
5. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat bantu pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, perangkat alat – alat laboratorium dan lain – lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain peragaan konsep serta fakta yang memungkinkan.
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat bantu pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, perangkat alat – alat laboratorium dan lain – lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain peragaan konsep serta fakta yang memungkinkan.
6. Metode ekspositori atau pameran
Metode ekspositori adalah suatu penyajian visual dengan menggunakan benda dua dimensi atau tiga dimensi, dengan maksud mengemukakan gagasan atau sebagai alat untuk membantu menyampaikan informasi yang diperlukan.
Metode ekspositori adalah suatu penyajian visual dengan menggunakan benda dua dimensi atau tiga dimensi, dengan maksud mengemukakan gagasan atau sebagai alat untuk membantu menyampaikan informasi yang diperlukan.
7. Metode karyawisata/widyamisata
Metode karyawisata/widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat meransang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas dan aktual, siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi karyawisata memerlukan waktu yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan persiapan yang tidak sebentar.
Metode karyawisata/widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat meransang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas dan aktual, siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi karyawisata memerlukan waktu yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan persiapan yang tidak sebentar.
8. Metode penugasan
Metode ini berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, meransang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi dlam metode ini sulit mengawasi mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri.
Metode ini berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, meransang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi dlam metode ini sulit mengawasi mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri.
9. Metode eksperimen
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan.
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan.
10. Metode bermain peran
Pembelajaran dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara seolah – olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga akan lebih memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu lama.
Pembelajaran dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara seolah – olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga akan lebih memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu lama.
Pendekatan dan metode yang dipilih guru dalam memberikan suatu materi
pelajaran sangat menentukan terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Tidak pernah
ada satu pendekatan dan metode yang cocok untuk semua materi pelajaran, dan
pada umumnya untuk merealisasikan satu pendekatan dalam mencapai tujuan
digunakan multi metode.
Metode dibedakan dari pendekatan ; metode lebih menekankan pada pelaksanaan kegiatan, sedangkan pendekatan ditekankan pada perencanaannya. Ada lima hal yang perlu diperhatikan guru dalam memilih suatu metode mengajar yaitu :
• Kemampuan guru dalam menggunakan metode.
• Tujuan pengajaran yang akan dicapai.
• Bahan pengajaran yang perlu dipelajari siswa.
• Perbedaan individual dalam memanfaatkan inderanya.
• Sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
Metode dibedakan dari pendekatan ; metode lebih menekankan pada pelaksanaan kegiatan, sedangkan pendekatan ditekankan pada perencanaannya. Ada lima hal yang perlu diperhatikan guru dalam memilih suatu metode mengajar yaitu :
• Kemampuan guru dalam menggunakan metode.
• Tujuan pengajaran yang akan dicapai.
• Bahan pengajaran yang perlu dipelajari siswa.
• Perbedaan individual dalam memanfaatkan inderanya.
• Sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar
Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang
medis. Menurut Thorndike dan Hagen (Abin S.M., 2002 : 307), diagnosis
dapat diartikan sebagai :
a. Upaya atau
proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang
dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai
gejala-gejalanya (symtoms);
b. Studi yang seksama terhadap fakta
tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan
sebagainya yang esensial;
c. Keputusan yang
dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau
fakta-fakta tentang suatu hal.
Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa di dalam konsep diagnosis, secara implisit telah tercakup pula konsep
prognosisnya. Dengan demikian dalam proses diagnosis bukan hanya sekadar
mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu
kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya
untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
Dan dalam kaitannya dengan Bimbingan dan
Konseling, Bruce Shertzer dan Shelley C. Stone ( 1980 : 310
) dan Hansel ea.al (1977 : 371 ) mengemukakan bahwa “Diagnosis merupakan
upaya untuk mengenal dan memahami klien sehingga upaya –upaya yang dilakukan
selanjutnya dalam pelaksanaan konseling dapat lebih terarah”.
Syahril (1991 : 45 ) mengemukakan bahwa “Diagnosis
kesulitan belajar itu merupakan usaha untuk meneliti kasus, menemukan gejala,
penyebab dan menemukan serta menetapkan kemungkinan bantuan yang akan diberikan
terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar"
Menurut Burton, seorang siswa
dapat juga diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan
menunjukan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan belajarnya. Kegagalan
belajar ini, seperti siswa dalam batas tertentu tidak mencapai ukuran tingkat
keberhasilan atau tingkat penguasaan minimal dalam pengajaran tertentu, siswa
tidak dapat mencapai prestasi yang semenstinya sesuai dengan potensinya, siswa
gagal kalau tidak dapat mewujudkan tugas –tugas perkembangannya, dan lain
–lain.
.
2. Pengertian Pembelajaran Remedial
Proses pembelajaran merupakan suatu
aktifitas yang tidak hanya sekedar penyampaian informasi dari guru kepada siswa
tetapi ada interaksi antara guru dengan siswa. Menurut Gagne, pembelajaran
adalah usaha guru yang bertujuan untuk menolong siswa belajar, dimana
pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa yang mempengaruhi terjadinya
belajar siswa.
Dalam keseluruhan proses belajar
mengajar, pembelajaran remedial memegang peranan penting, khususnya dalam
rangka pencapaian hasil belajar yang optimal. Pembelajaran remedial merupakan
suatu cara atau proses yang dilakukan siswa yang mengalami kesulitan, agar
siswa tersebut bisa mencapai prestasi yang memadai.
Dilihat dari segi arti katanya
remedial berarti bersifat menyembuhkan, membetulkan ataupun membuat menjadi
baik. Hal tersebut senada dengan Abu Ahmadi yang mendefinisikan bahwa
pengajaran remedial (remedial Teaching) adalah suatu bentuk
pengajaran yang membuat menjadi baik.
Proses pengajaran ini bersifat
lebih khusus karena disesuaikan dengan jenis dan sifat kesulitan belajar yang
dihadapi siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran remedial
merupakan rangkaian kegiatan lanjutan dari usaha diagnosis kesulitan belajar
yang telah dilakukan. Proses bantuan ini lebih ditekankan pada usaha perbaikan,
cara-cara belajar, cara mengajar, penyesuaian materi pelajaran, penyembuhan
hambatan-hambatan yang dihadapi.
Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran remedial adalah suatu bentuk pembelajaran
yang merupakan bantuan atau perbaikan seperti cara mengajar, media pelajaran,
metode mengajar, materi pelajaran, lingkungan yang turut serta mempengaruhi
proses belajar mengajar.
3. Pengertian
Pembelajaran Pengayaan
Secara umum
pengayaan dapat diartikan sebagai pengalaman atau kegiatan peserta didik yang
melampaui persyaratan minimal yang ditentukan oleh kurikulum dan tidak semua
peserta didik dapat melakukannya.
Untuk memahami
pengertian program pembelajaran pengayaan, terlebih dahulu perlu diperhatikan
bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku berdasar
Permendiknas 22, 23, dan 24 Tahun 2006 pada dasarnya menganut sistem
pembelajaran berbasis kompetensi, sistem pembelajaran tuntas, dan sistem
pembelajaran yang memperhatikan dan melayani perbedaan individual peserta
didik. Sistem dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik.
Penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur dengan menggunakan sistem
penilaian acuan kriteria (PAK). Jika seorang peserta didik mencapai standar
tertentu maka peserta didik tersebut dipandang telah mencapai ketuntasan.
Dalam
pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, lazimnya
guru mengadakan penilaian awal untuk mengetahui kemampuan peserta didik
terhadap kompetensi atau materi yang akan dipelajari sebelum pembelajaran
dimulai. Kemudian dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan berbagai
strategi seperti ceramah, demonstrasi, pembelajaran kolaboratif/kooperatif,
inkuiri, diskoveri, dsb. Melengkapi strategi pembelajaran digunakan juga
berbagai media seperti media audio, video, dan audiovisual dalam berbagai
format, mulai dari kaset audio, slide, video, komputer multimedia, dsb. Di
tengah pelaksanaan pembelajaran atau pada saat kegiatan pembelajaran sedang
berlangsung, diadakan penilaian proses dengan menggunakan berbagai teknik
dan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar serta seberapa
jauh penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari.
Penilaian proses juga digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran bila
dijumpai hambatan-hambatan.
Pada akhir
program pembelajaran, diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan
harian. Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar,
apakah seorang peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat penguasaan
kompetensi tertentu. Penilaian akhir program ini dimaksudkan untuk menjawab
pertanyaan apakah peserta didik telah mencapai kompetensi (tingkat penguasaan) minimal
atau ketuntasan belajar seperti yang telah dirumuskan pada saat pembelajaran
direncanakan.
Jika ada
peserta didik yang lebih mudah dan cepat mencapai penguasaan kompetensi minimal
yang ditetapkan, maka sekolah perlu memberikan perlakuan khusus berupa program
pembelajaran pengayaan. Pembelajaran pengayaan merupakan pembelajaran tambahan
dengan tujuan untuk memberikan kesempatan pembelajaran baru bagi peserta
didik yang memiliki kelebihan sedemikain rupa sehingga mereka dapat
mengoptimalkan perkembangan minat, bakat, dan kecakapannya. Pembelajaran
pengayaan berupaya mengembangkan keterampilan berpikir, kreativitas,
keterampilan memecahkan masalah, eksperimentasi, inovasi, penemuan,
keterampilan seni, keterampilan gerak, dsb.
KESIMPULAN
* Ada dua hal yang
patut dicermati dari pengertian-pengertian strategi pembelajaran Pertama,
strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam
pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses
penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun
untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan
strategi adalah pencapaian tujuan.
* Metode
diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran metode didefinisikan sebagai
cara-cara menyajikan bahan pelajara pada peserta didik untuk tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan
* Teknik dan
taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah
cara yang dilakukan orang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode yaitu
cara yang harus dilakukan agar metode yang dilakukan berjalan efektif dan
efisien. Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau
metode tertentu. Dengan demikian, taktik sifatnya lebih individual.
DAFTAR PUSTAKA
o Hamalik, Oemar. 1990. Metode
Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito Ibrahim R, Syaodih S
Nana. 2003.
o Ed. Allyn & Bacon: London
Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Menga-jar.
Jakarta: Bumi Aksara.
1 comments